Memandang Candi Prambanan yang megah dengan Gunung Merapi yang mistis sebagai latar belakangnya, reruntuhan Kraton Ratu Boko termasuk diantara sisa-sisa yang paling spektakuler dari zaman keemasan ke 8-10 Masehi. Lokasi Kraton Ratu Boko memilik pemandangan yang spektakuler.
Abhayagiri Wihara
Prasasti Abhayagiri Wihara yang berangka tahun 792 M merupakan bukti tertulis yang ditemukan di situs Ratu Boko. Dalam prasasti ini menyebut seorang tokoh bernama Tejahpurnapane Panamkarana atau Rakai Panangkaran (746-784), serta menyebut suatu kawasan wihara diatas bukit yang dinamakan Abhayagiri Wihara (wihar di bukit yang penuh kedamaian). Rakai Panangkaran mengundurkan diri sebagai Raja karena menginginkan ketenangan rohani dan memusatkan pikiran pada masalah keagamaan. Rakai Panangkaran menganut agama Buddha demikian juga bangunan ini berlatar belakang agama Buddha, sebagai buktinya adalah adanya Arca Dyani Buddha. Namun ditemukan pula unsur-unsur agama Hindu di situs Ratu Boko Seperti adanya Arca Durga, Ganesha dan Yoni. Nama situs tersebut berubah menjadi Walaing Kraton dalam prasasti yang dikenal dengan prasasti Mandyasih. Dalam bahasa daerah, Kraton berarti istana. Rakai Walaing pu Kumbhayoni, yang dikenal sebagai raja dan memerintah dinasti 865 M, yang mengubah nama situs tersebut. Pada abad ke-17, seorang pria Belanda H.J. DeGraff mencatat bahwa orang-orang Eropa yang datang ke Indonesia telah melaporkan sebuah situs arkeologi dan merujuknya ke istana Prabu Boko, seorang raja yang berasal dari Bali. Inilah salah satu dasar legenda Prabu Boko dari cerita rakyat Loro Djonggrang.
Bangunan Situs Keraton Ratu Boko
Berbeda dengan peninggalan purbakala lain dari zaman Jawa Kuno yang umumnya berbentuk bangunan keagamaan, situs Ratu Boko merupakan kompleks profan, lengkap dengan gerbang masuk, pendopo, tempat tinggal, kolam pemandian, hingga pagar pelindung. Kedudukan di atas bukit ini juga mensyaratkan adanya mata air dan adanya sistem pengaturan air yang bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kolam pemandian merupakan peninggalan dari sistem pengaturan ini, sisanya merupakan tantangan bagi para arkeolog untuk merekonstruksi kembali.
Gapura Utama
Gapura utama terdiri dari tiga buah gapura yaitu gapura tengah dan dua gapura apit, yang disusun berimpit berjajar ke arah utara selatan, menghadap ke arah barat. Gapura tengah dan gapura apit berbentuk paduraksa. Gapura tengah memiliki ukuran lebih besar dibanding kedua gapura pengapitnya. Gapura utama berfungsi sebagai pintu masuk situs Ratu Boko, sekaligus sebagai penghubung halaman teras pertama dan kedua.
Candi Pembakaran
Candi Pembakaran berbentuk bujur sangkar dan berteras dua. Dinding candi diperkuat dengan selapis batu andesit, sedangkan bagian dalamnya tersusun dari batu putih. Pada bagian tengahnya terdapat perigi (sumuran) berbentuk segi empat. Candi pembakaran diduga merupakan bangunan suci yang berfungsi sebagai pelengkap dalam upacara keagamaan dimana salah satu ritualnya adalah membakar sesajen.
Paseban
Paseban berarti tempat untuk menghadap raja. Di sebelah tenggara pintu gerbang terdapat dua buah batur yang terletak berdampingan, yaitu Batur B1 dan Batur B2. Kedua batur itu biasa disebut paseban. Batur B1 terletak di sebelah timur, dan Batur B2 berada di sebelah baratnya. Batur B1 berukuran lebih besar dari Batur B2. Paseban diperkirakan merupakan suatu bangunan dengan konstruksi kayu. Hal tersebut didukung dengan adanya temuan umpak-umpak batu yang berfungsi sebagai penyangga tiang yang terbuat dari kayu.
Pendopo
Bangunan pendapa berada di teras keempat dan mempunyai luas 14.000 m2. Bangunan pendapa terdiri dari pagar pendapa dan dua buah batur, satu batur di sebelah utara dan satu batur di sebelah selatan. Kaki dan atap pagar keliling terbuat dari batu andesit, sedangkan tubuhnya terbuat dari batu putih. Di bagian atas pagar diberi hiasan utpala. Pada kaki pagar terdapat jaladwara yang berfungsi untuk mengalirkan air dari dalam pagar ke luar yang kemudian ditampung dalam wadah yang berbentuk melengkung. Kedua batur terbuat dari batu andesit. Keduanya dihubungkan dengan selasar. Batur bangunan ini merupakan bangunan sentral yang dahulu di atasnya berdiri tiang-tiang penyangga bangunan dan diperkirakan mempunyai dinding. Bangunan ini diperkirakan berfungsi sebagai tempat tinggal.
Goa Lanang & Goa Wadon
Disebelah utara dari pendopo, terdapat dua gua yang terisolasi dari tempat lain yang terbentuk dari batuan sedimen. Dinamakan gua wadon karena terdapat sebuah relief yang sedemikian rupa mewakili genital wanita (wadon) dengan simbol Yoni. Sedangkan gua Lanang (Pria) disimbolkan dengan Lingga yang dianggap perwakilan Siwa dalam ajaran Hindu. Kesatuan antara Yoni dan Lingga dianggap membawa kesuburan dan kesejahteraan. Gua ini diperkirakan sebagai tempat untuk bermeditasi pada zaman dahulu.
Candi Batu Putih
Paseban ini merupakan paseban yang berukuran lebih kecil dari paseban utama
Kaputren
Keputren berada di teras keenam. Keputren terbagi menjadi dua bagian, sisi timur dan barat. Kedua bagian ini dipisahkan oleh pagar dan dihubungkan oleh sebuah gapura. Bagian timur terdapat kolam yang berfungsi sebagai penyuplai kebutuhan air. Pada bagian timur terdapat dua bangunan batur. Di batur yang berdenah persegi panjang terdapat umpak umpak batu yang diduga sebagai tempat dudukan tiang kayu penyangga atap.
Sumber : Brosur Wisata Istana Ratu Boko
1 Komentar
Kak Tris · 30 Desember 2020 pada 12:50 pm
kuuuueren kak…..